Banda Aceh | Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Efendi resmi membuka Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke 7 di Stadion Harapan Bangsa Lhong Raya, Minggu malam (6/8/2018).

Dalam sambutannya, ia mengatakan pembukaan PKA seharusnya dibuka oleh Presiden RI, namun lain dan satu hal beliau tidak dapat hadir.

Muhajir menyebutkan, pada tahun 2017 Pemerintah Indonesia telah menandatangi momen yang sangat penting yaitu disahkan Undang-undang Nomor 9 tahun 2017 untuk memajukan kebudayaan.

Menurutnya, sejak Indonesia merdeka 73 tahun yang lalu baru kali ini memiliki peraturan tersebut. "Artinya pemerintah telah memberikan perhatian yang saungguh-sungguh, bagaimana supaya kebudayaan nasional merupakan puncak Kebudayaan lokal akan mendirikan peran tempt yang strategi untuk pembangunan masa yang akan datang," ujarnya.

Muhajir mengaku mulai tahun 2019 sektor kebudayaan akan memiliki anggaran sendiri untuk melakukan, mengelola dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan seperti yang dilakukan oleh provinsi Aceh.

Di tempat yang sama Plt. Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengatakan Pekan Kebudayaan Aceh adalah sebuah momen pagelaran khasanah budaya rakyat yang telah berlangsung di Aceh sejak tahun 1958. Kegiatan PKA itu pada prinsipnya diselenggarakan untuk memperkuat rasa persaudaraan sesama rakyat Aceh melalui kegiatan budaya dan syi’ar agama, mengingat ada banyak ragam budaya yang berkembang di daerah ini.

"Semua budaya di Aceh umumnya tidak terpisahkan dari tradisi Islam, sehingga ada pepatah yang menyebutkan, 'Hukom ngon adat lagee dzat ngon sipheuet' yang berarti hukum Islam dan hukum adat masyarakat Aceh ibarat benda dengan sifatnya, tidak dapat dipisahkan. Dalam pepatah Aceh lainnya ada pula yang menyebutkan, 'Hukum ngon adat hanjeuet cree, lagee mata itam ngon mata puteh,' yang artinya hukum Islam dan adat budaya Aceh tidak mungkin terpisahkan. Keduanya ibarat mata hitam dan mata putih," jelas Nova.

Menurut Nova pelaksanaan PKA itu adalah bagian dari Program Aceh Meuadab. Kegiatan kebudayaan itu melibatkan Pemerintah Kabupaten/Kota dan semua lembaga adat yang ada di Aceh. Di samping itu ada pula peserta dari luar negeri sebagai undangan khusus untuk memperluas wawasan masyarakat lokal tentang budaya daerah.

"PKA kali ini lebih meriah dibanding kegiatan sebelumnya, sehingga semangat menghargai budaya, menghormati perbedaan, mendukung keberagaman dan melestarikan kearifan lokal menjadi spirit bagi masyarakat di provinsi Aceh ini," harap Nova.

Ia menambahkan selain sebagai budaya, event PKA juga merupakan sarana untuk refleksi dalam melihat pembangunan Aceh selama beberapa tahun ke belakang. Karena itu di arena PKA ini juga disediakan berbagai informasi tentang Aceh.(wn/ri)

 

Sumber: https://diskominfo.acehprov.go.id